"Harapan Saya TNI AL Memiliki Detasemen Olah Raga". Kapten Laut (KH) Drs. Rahmad Darmawan, yang populer sebagai pelatih sepakbola Sriwijaya FC klub sepakbola asal kota pempek Palembang. Perwira yang lulus dari Sepamilwa 1990 ini, mengaku lebih banyak menghabiskan karirnya di dunia sepakbola.
Mengawali karir sepakbola sebagai atlit sepakbola PON dari kontingen Lampung sekitar tahun 1985 ini, berlaga ke Jakarta dalam rangka Pekan Olahraga Nasional. Dari situlah mulai sepakbola menjadi harapan hidup pria jawa kelahiran Punggur, Metro, Lampung Tengah ini. Saat memperkuat tim sepakbola Lampung tersebutlah, pihak PSSI Junior yang waktu itu sedang melakukan talent scout, melirik bakat yang ada pada diri Rahmad Darmawan. Tahun 1986 bersama PSSI Junior turut membawa bendera merah putih ke beberapa event-event internasional, meskipun tidak ada prestasi yang menonjol. Sibuk bermain sepakbola, Rahmad Darmawan tidak meninggalkan pendidikannya begitu saja. Ketika masih dalam Training Center PSSI Junior, ia mendaftar Sipenmaru (Persiapan Penerimaan Mahasiswa Baru). Walhasil dengan kecerdasan yang dimilikinya, Rahmad berhasil diterima di Fakultas Olahraga jurusan kepelatihan IKIP Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta). Sebuah anugerah dari yang Kuasa, prestasi dan berkarir di olahraga. Selepas memperkuat PSSI Junior, akhir 1988 tim nasional PSSI Senior meliriknya untuk turut menambah power bagi pasukan merah putih yang ketika itu cukup disegani di kawasan Asia Tenggara. Ambil bagian pada Pra Piala Dunia (PPD) 2 kali, SEA Games 2 kali, Piala Asia 2 kali, Piala Raja Bangkok Thailand, Merdeka Games Malaysia, Lions Club Singapura dan event-event lainnya. “Tapi yang sangat mengesankan dan bahwa sepakbola adalah jalan hidup saya, adalah saat saya memperkuat SEA Games 1989” kenang perwira yang tercatat sebagai personel Disminpers Lantamal III Jakarta ini.
Tuhan memang Maha Pengasih, setelah sepakbola dan pendidikan berjalan secara beriringan, TNI (ABRI waktu itu) juga tertarik dengan aksi laganya dilapangan hijau. Asisten Operasi Mabes TNI waktu itu E.A Mangindaan menawarinya untuk bergabung menjadi perwira TNI. “Waktu itu ABRI memang sedang membentuk PS ABRI Galatama, sehingga banyak mencari pemain sepakbola untuk direkrut menjadi prajurit TNI” jelas anak seorang PNS Kesehatan Polda Lampung ini. Selain itu ditambahkannya sedari kecil memang dirinya bercita-cita menjadi KKO (Marinir). “Memang dari kecil saya bercita-cita menjadi KKO, makanya waktu itu kalau ada karnaval saya selalu berpakaian KKO”. Terlebih diawal kedinasannya ia tercatat sebagai perwira jasmani di Mako Korps Marinir. Meski karir di TNI AL-nya agak tersendat, namun bukan berarti mengecilkan hatinya. Itulah sebuah pilihan, disatu sisi karir sepakbolanya sangat cemerlang namun disisi lain karir militernya tidak secemerlang sepakbola. “Temen-temen saya banyak yang sudah Mayor bahkan ada 2 yang sudah Letkol, memang saya telat yah karena lebih banyak ke sepakbola” hiburnya berargumentasi.
Pengalaman dengan PS ABRI disuatu kejuaraan Liga Malindo, selama satu tahun (1992-1993) ia sempat bergabung dengan klub professional Malaysia dan itu pun berkat ijin dari Panglima ABRI waktu itu Jenderal TNI Faisal Tanjung. Disamping bermain dengan PS ABRI dan PSSI, ia juga cukup lama bersama “The Jak” Persija Jakarta yaitu sejak 1989 meskipun tidak membawa klub kebanggaan masyarakat betawi tersebut juara liga perserikatan. “Iya selama bergabung dengan Persija Jakarta memang belum pernah juara seperti sekarang ini (Sriwijaya FC) yah paling hanya mencapai Runner Up sekitar tahun 1989” kenangnya.
Setelah banyak malang melintang baik secara lokal, nasional maupun internasional, gelandang menyerang yang sempat popular di liga mahasiswa dengan memperkuat STIE PERBANAS ini. Seiring dengan usia yang terus bertambah dan bagi seorang pemain sepak-bola usia merupakan faktor penting karena berkaitan dengan stamina dan kecepatan bergerak.
Pada usia yang memasuki masa pensiun sebagai pemain sepakbola professional, Kapten yang beristrikan Eti Yuliati (mantan Pramugari Garuda) ini mencoba membangun sebuah klub kecil divisi II disebuah kota Tangerang bernama Persikota Tangerang. Diklub tersebut Kapten Rahmad mulai serius melatih meski sekali-sekali ikut bermain, “Kadang saya masih main diminta oleh almarhum Andi Lala sampai Persikota terangkat ke divisi utama hingga akhirnya cedera mengharuskan saya beristirahat bermain sepakbola” sambil menerawang mengingat-ingat masa aktif menjadi pemain.
Kini dengan bekal segudang pengalamannya, pemain yang biasanya menempati posisi gelandang menyerang ini justru lebih popular lagi sebagai pelatih. Setelah berhasil membawa Persipura Jayapura menjuarai Liga Indonesia 2005, kemudian 2008 ini mampu membawa Tim Sriwijaya FC Palembang meraih 2 piala sekaligus kejuaraan sepakbola Liga Indonesia dan Liga Bank Mandiri.
Prestasi yang sangat membanggakan ini bukanlah hanya sekedar atau tidak bisa disebut sebagai faktor keberuntungan, tetapi merupakan suatu kerja cerdas dan keras serta luasnya pengalaman yang menempa Kapten Rahmad Darmawan. Ditunjang pula dengan bekal pendidikannya di Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP Jakarta secara teknis jelas akan memberikan output permainan sepakbola yang bermutu.
Meski harus bolak-balik Jakarta-Palembang namun bukan sebagai halangan bagi Bapak 1 putra dan 1 putri yang baru saja pulang menunaikan ibadah umroh ini. Keluarganya yang bertempat tinggal di kawasan Karawaci Tangerang ini setiap Sabtu - Minggu dikun-junginya sekaligus sebagai laporan Kapten Rahmad kepada Disminpers Lantamal III tempat dimana ia masih tercatat sebagai Perwira TNI AL. Keinginannya untuk mewujudkan Indonesia menjadi salah satu macan asia akan terus diimpikannya. “Saya menginginkan PSSI dapat kembali menjadi macan asia seperti dulu” tegasnya mantap.
Ketika ditanya tanggapannya tentang perkembangan sepakbola di TNI AL, secara diplomatis pelatih yang cukup disegani anak buahnya ini menyatakan rasa bangganya karena Angkatan Laut masih secara rutin mengadakan pekan-pekan olahraga antar kotama maupun satker terkecil. Walaupun dilingkungan TNI, Angkatan Laut selalu nomor urut dua dalam setiap pertandingan atau kejuaraan tetapi hal tersebut bukan berarti pembinaan sepakbola kita belum baik. “Sepakbola TNI AL sudah bagus meski perlu lebih ditingkatkan lagi pada proses perekrutannya” terangnya berpendapat. Lebih lanjut proses perekrutan untuk masuk menjadi tim sepakbola PS AL, seyogyanya lebih saat pada proses awal penerimaan prajurit TNI AL. “Saya kira banyak pemain sepakbola yang mau jadi prajurit, jadi alangkah baiknya kalau hal itu direalisasikan” tuturnya mengharapkan. Jadi ketika PS AL membutuhkan pemain sepakbola untuk pertandingan antar lingkungan TNI, tidak terlalu sulit dalam mencari pemainnya.
Seiring dengan usianya yang terus bertambah, karir sebagai pemain telah selesai dan begitu pun di TNI AL pun sulit untuk mengejar lichting-lichtingnya. Yang menjadi cita-citanya kini adalah bahwa ia ingin dapat membesarkan kembali PSSI dengan turut terlibat didalamnya sebagai Direktur Teknik. “Saya ingin menjadi Direktur Teknik PSSI supaya ide-ide saya dalam membentuk tim nasional yang solid tercapai” harapnya suatu saat.
Sementara itu kepada TNI Angkatan Laut yang juga telah membantu dirinya dalam memberikan kesempatan dan peluang berkarir di sepakbola, pria yang juga ber-mertua-kan dari lingkungan TNI (TNI AD) sangat mengharapkan dibentuknya detasemen olahraga di TNI AL. “Kalau bisa di TNI AL dibentuk khusus Detasemen olahraga sehingga akan lebih terfokus pada pengembangan olahraga yang akan memajukan olahraga bagi TNI AL” ujarnya mengakhiri.
sumber : http://gintagintings.blogspot.com/2011/01/wawancara-khusus-dengan-kapten-laut-kh.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar